Kampung Sindangrasa tengah geger. Sebab, muncul fatwa dari kalangan alim ulama jika merokok itu haram.

Jelas, kabar itu menghebohkan. Pasalnya, kaum laki-laki di Kampung Sindangrasa sebagian adalah perokok berat, baik yang beli dengan uang sendiri atau yang doyan nongkrong sehingga bisa menjadi cowok romantis alias rokok makan gratis.

Si Ontohod termasuk kelas cowok romantis. Lantaran tak punya pekerjaan tetap, dia jarang sekali membeli rokok dengan koceknya sendiri. Kendati demikian, fatwa haram soal rokok itu tetap meresahkannya. Maklum, sebagian dari pemasok rokok kepadanya sudah ketakutan dengan fatwa tersebut dan berencana berhenti total.

Tak mau kebiasaannya berkurang, Si Ontohod lantas memanggil beberapa temannya yang ketakutan dengan fatwa haram soal rokok. Dia pun mulai berceloteh bak orang yang paham betul dengan soal agama.

“Eh,” tanya Si Ontohod, “kenapa sih kalian gak ngerokok lagi?”

“Yah, kami sudah mendengar jika merokok itu haram, Hod,!” seru beberapa rekannya.”Katanya sih, merokok itu haram karena mudharatnya lebih banyak daripada manfaatnya,” timpal rekan yang lain.

“Ah, itu kan baru pendapat saja. Malah, menurut saya, merokok itu banyak pahalanya…,” komentar Si Ontohod.

“Kok bisa gitu?” tanya teman-temannya serentak.

“Begini… Ada tiga manfaat rokok….,” lanjut Si Ontohod.

“Apa aja tuh?” potong teman-temannya.

“Sabar donk…,” jawab Si Ontohod. “Beri saya sebatang rokok dulu biar keluar nih kebijaksanaan saya…”

Setelah mendapatkan rokok, Si Ontohod membakarnya, lalu meracau kembali. “Pertama nih, cukai rokok tuh kan salah satu sumber pajak negara. Nah, dengan merokok, kita kan sudah membantu negara dalam hal pemasukan. Kurang baik apa coba?”

“Yang kedua,” lanjut Si Ontohod, “banyak sekali masyarakat kita yang bergantung pada industri rokok. Mulai dari pengasong, hingga yang terpenting adalah para buruk pabrik rokok. Jumlah mereka ribuan lho… Kebayang kan kalo kita berhenti merokok, mereka mau kerja apa?”

Sebagian teman-teman Si Ontohod berdecak kagum dengan “kedalaman” wawasan pemuda serabutan itu. Sebagian yang lain, berada di tengah-tengah antara bingung dan senang karena merokok pun punya “manfaat” yang sedemikian besar.

“Nah, tapi yang terpenting tuh yang ketiga…,” teriak Si Ontohod setengah berteriak sambil mengepulkan asap dari rokok kreteknya.

“Apaan tuh?” tanya teman-temannya serentak.

“Begini… Kita kan sudah menyumbang pemasukan buat negara. Kita juga telah menolong ribuan orang yang bergantung dari industri rokok. Nah, kita rela sakit bahkan ada risiko meninggal pada usia tua, demi pemasukan negara dan ribuan orang yang bergantung pada industri rokok. Intinya, pengorbanan kita merokok, tidak sia-sia toh…?!”

Mendengar penjelasan Si Ontohod itu, teman-temannya langsung bulat menentukan putusan. Menimpuk Si Ontohod dengan puluhan buah kersen yang sudah jatuh ke tanah. Si Sasaran Tembak tidak bermaksud mengelak, malah tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi teman-temannya. Tak sadar, beberapa buah kersen masuk ke mulutnya saat dia tertawa.