Selasa, 19 Oktober 2010. Aktivitas pagi dimulai dengan menonton serial NCIS: Los Angeles di AXN. Pada bagian terakhir, diceritakan Hetty bercerita kepada Callen (diperankan Chris O’Donnell).

Hetty yang merupakan Manajer Operasional NCIS: LA bercerita tentang sosok kekasihnya di masa lampau. Namun, mereka tak menikah karena sang pria sudah keburu meninggal. Alasan lainnya, “He’s married with his job,” cerita Hetty.

Mendengar kata terakhir, saya sedikit tersenyum getir. Lucu tapi juga seolah menyindir diri saya sendiri.

Jika dihitung-hitung, saya memang lebih banyak menghabiskan waktu untuk memenuhi tuntutan profesi dibandingkan berkomunikasi dengan istri. Alasan utamanya, tentu karena kami berbeda kota dalam mencari nafkah.

Cuma seminggu sekali kami bertemu. Itu pun masih “terganggu”. Kendati berada di rumah, saya tetap bekerja lantaran tanggung jawab profesi.

Having both of you is priceless...

Kendati tersenyum pahit, saya mencoba berbagi pengalaman saya itu melalui media sosial, Facebook dan Twitter. “How come, I spend a lot of nights with my computer than my wife? Hmm… I think… I’m married my job,” tulis saya.

Bisa dikatakan, saya memang punya istri secara de jure, yaitu istri yang saya nikahi per 18 Februari 2007. Tapi secara de facto, pekerjaan inilah “istri” yang menemani saya setiap hari.

Tak berapa lama, ponsel pun berbunyi. Istri saya membalas status saya di sosial media itu. Tapi, melalui personal message. Isinya, “You spend a lot of nights with PC at your office. Even at home, you still love your Lenovo.”

Istri saya memang tak bermaksud marah dengan mengirimkan pesan tersebut. Just a joke. Dia sungguh istri yang sangat pengertian dengan pekerjaan suaminya.

Saya kemudian tergelak membaca pesan dari istri saya itu. Hmmm… Jika besok-besok ada yang menanyakan, “What is your wife name?”, tentunya saya tak boleh kepeleset lidah dengan mengatakan, “Lenovo,” merujuk pada laptop yang saya gunakan. Hehehehe…

Untuk Mia Puspasari, yang sudah sabar menemani sejak 11 Maret 2006 (de facto) dan 18 Februari 2007 (de jure). Dan Gentza Manah Wirabuana yang selalu melarang ayahnya untuk kembali kerja ke Jakarta.