Fokus pikiran saya sedikit terganggu saat mengerjakan pekerjaan rutin setiap weekend, melakukan update pertandingan. Pasalnya, terjadi irisan waktu yang cukup lama antara laga Getafe vs Barcelona dan film “The Dark Knight” di televisi berbayar.

Batman merupakan tokoh pahlawan super favorit saya. Dua sekuel terakhir yang disutradarai Christopher Nolan adalah yang paling disuka. Sebab, pada dua film terakhir itulah sosok Batman dan Bruce Wayne sebagai seorang manusia begitu menonjol.

Sifat humanis dan kedekatan dengan kehidupan nyata menjadi alasan saya begitu menyukai Batman dibandingkan tokoh superhero lainnya yang mendapatkan kemampuan dengan cara “ajaib”. Itu menjadi alasan kuat saya begitu menyukai karakter buatan Bob Kane dan Bill Finger itu.

Jika dijelaskan secara terperinci, ada tiga alasan mendasar yang membuat saya jatuh hati kepada Batman.  Pertama, sebagai seorang manusia biasa, Bruce Wayne sadar betul dengan kata kerja keras. Ya, lantaran tak memiliki kemampuan laiknya superhero lain, dia mati-matian ditempa latihan agar bisa berkelahi. (Konon, menurut teman yang juga penggemar Batman, Bruce pernah mampir ke Indonesia untuk belajar pencak silat).

Sikap peduli terhadap orang lain menjadi alasan kedua saya menyukai Batman. Dengan kekayaan yang dimilikinya, Bruce selalu memberikan perhatian kepada orang yang membutuhkan, baik melalui donasi maupun bantuan penelitian.

Alasan ketiga, terkait dengan alasan kedua, untuk menjadi Batman, Bruce rela mengurangi waktu tidurnya demi menolong orang lain. Dia rela mengorbankan kebutuhan personalnya untuk istirahat demi kebaikan orang lain yang secara kuantitas lebih banyak.

Faktor ketiga itulah yang paling unik dan jarang dimiliki oleh orang kaya maupun orang kaya baru (baca: pejabat) di negeri ini. Jikapun ada yang mengurangi waktu tidurnya, itu lebih sering digunakan untuk memikirkan urusan pribadinya.

Untuk alasan pengurangan waktu tidur, saya angkat jempol untuk para relawan di daerah bencana. Dengan alasan sosial dan kepedulian terhadap sesama, mereka rela bahkan untuk tidak tidur. Merekalah “Batman” sesungguhnya di negeri ini.

A police officer and a volunteer walk from house to house to search for villagers to be evacuated during an ash fall following the eruption of Mount Merapi in Pakem, Yogyakarta, Indonesia, early Saturday, Oct. 30, 2010. (Source: AP Photo/Daylife)