Kemenangan atas Malaysia menimbulkan euforia luar biasa. Bukan hanya pencinta sepak bola nasional. Pun rakyat Indonesia, mengingat beberapa kasus yang melibatkan negeri jiran tersebut.

Kemenangan atas Malaysia tersebut juga menimbulkan harapan baru. Harapan melihat wajah-wajah baru yang menjadi pilar tim Merah-Putih. Mulai dari Ahmad Bustomi, Oktovianus Manniani, hingga duet Irfan Bachdim dan Cristian “El Loco” Gonzales yang begitu memukau publik.

Khusus Irfan Bachdim, pesona permainan dan wajah tampannya membuat dia menjadi perbincangan di dunia maya. Bahkan pembahasan hingga sisi personal, termasuk soal pacar dia yang tak lain adalah kakak dari Kim Jeffrey Kurniawan, salah satu pemain keturunan Indonesia lain yang sedang menimba ilmu di Jerman.

Irfan dan El Loco merupakan kombinasi yang saling melengkapi. Kelincahan dan determinasi Irfan diimbangi dengan keunggulan pengalaman dan penyelesaian akhir yang dimiliki Gonzales. Publik pun begitu mengelu-elukan mereka.

Euforia kemenangan terus menjadi perbincangan. Tak salah memang dengan ekspresi kegembiraan itu. Sangat wajar malah.

Hanya saja, publik seharusnya tidak terlalu terlena. Sebab, kemenangan timnas itu tak ubahnya dua mata pisau bagi reformasi sepak bola di negeri ini.

Di satu sisi, kemenangan memberikan harapan baru bagi negeri ini yang sudah dua dekade tidak melihat tim sepak bolanya berprestasi. Sejak medali emas SEA Games 1991, tak ada lagi status nomor satu yang pernah diraih negeri ini – menafikan Piala Kemerdekaan 2008 saat negeri ini menang setelah “intimdasi” asisten pelatih timnas yang membuat lawan mundur dan tak mau melanjutkan pertandingan.

Malaysian goalkeeper Khairul Fahmi (L) looks on as Indonesian player Arif Suyono (#14) and teammate Irfan Haarys Bachdim celebrate a goal during a qualification match of the AFF Suzuki Cup 2010 against Malaysia IN Jakarta on December 1, 2010. Indonesia won 5-1. AFP PHOTO/ADEK BERRY (Photo credit should read ADEK BERRY/AFP/Getty Images)

Tapi di sisi lain, kemenangan itu pun akan membuat musuh nomor satu fans sepak bola Indonesia tersenyum. Sosok itu tidak lain dan tidak bukan adalah Nurdin Halid, Ketua Umum PSSI, yang sering kita teriaki untuk mundur dari jabatannya.

Apa pasal? Kehadiran Irfan dan El Loco di timnas tak bisa lepas dari kebijakan Nurdin. Dialah yang mengambil kebijakan untuk “memulangkan” pemain keturunan Indonesia di luar negeri, plus melakukan naturalisasi pemain asing. Irfan dan Gonzales mengisi masing-masing kategori itu.

Tentunya, melihat Irfan dan El Loco mencetak gol menjadikan senyum Nurdin kian melebar. “Lihat ‘kan, mereka bisa menghadirkan prestasi buat negeri ini. Dan, itu tak mungkin terjadi jika saya tak berinisiatif untuk mendatangkan mereka,” mungkin seperti itulah yang ada di benak Nurdin.

Jika benar, tak ada yang salah dengan gumaman orang nomor satu di PSSI itu. Lebih tepatnya, sudah sebaiknya kita maklumi. Toh, kita sudah mafhum dengan “penyakitnya” yang tak pernah mau melihat sisi gelap kegagalan selama dirinya memimpin PSSI.

Dilematis. Mau dukung timnas tapi khawatir malah bikin Nurdin senang. Padahal, kita sudah sangat berharap bisa melihat lagu “Indonesia Raya” berkumandang di lapangan hijau usai sebuah laga final sepak bola.

Ahhh… Sudahlah… Urusan kita sebagai pencinta sepak bola Indonesia adalah memberikan dukungan kepada para pejuang yang memeras keringat dan rela berdarah-darah di lapangan hijau. Merekalah pahlawan sesungguhnya sepak bola Indonesia. Bukan yang duduk di ruangan ber-AC di salah satu sektor Gelora Bung Karno.

Tabik.