Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke tempat latihan timnas pada Senin (13/12) berujung pada satu hal. Presiden Indonesia itu berjanji akan mengupayakan hadir langsung ke Gelora Bung Karno saat laga semifinal melawan Filipina.

Buat para pemain, kehadiran SBY langsung ke stadion tentu menjadi kegembiraan tambahan, setelah disambangi saat latihan. Tentunya bakal ada kebanggaan yang demikian besar andai keberhasilan mereka ditonton oleh orang nomor satu di Indonesia itu.

Tapi, tak sedikit pula yang mengernyitkan kening tanda kurang setuju. Setidaknya, hal itulah yang saya tangkap dari reaksi teman-teman saya di Twitter.

“Bagaimana tanggapan kalian soal niat presiden menonton langsung ke GBK?” tulis saya di situs microblogging itu.

Dari mention yang masuk, hampir seluruhnya menyatakan ketidaksetujuan. Mereka menganggap SBY bawa sial bagi timnas.

Ingatan mereka tentu terngiang pada hasil di Piala Asia 2007 lalu. Pada laga pertama Grup D, Indonesia sukses mengalahkan Bahrain ketika disaksikan Wakil Presiden (kala itu), Jusuf Kalla.

Kemenangan timnas atas Bahrain itu lantas menerbitkan euforia dan optimisme. Masyarakat yang ingin hadir ke stadion pun berlipat pada dua laga selanjutnya melawan Arab Saudi dan Korea Selatan.
Termasuk juga SBY. Presiden RI itu datang langsung ke stadion untuk memberikan dukungan kepada pasukan Ivan Kolev.

Sial bagi SBY. Dua laga terakhir timnas di Grup D berakhir dengan kekalahan. Indonesia pun gagal melangkah ke babak berikutnya.

Memori itulah yang ditangkap sebagian masyarakat Indonesia. Dalam benak mereka, “Kalau SBY datang, timnas akan kalah.”

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika menerima timnas Piala Asia 2007. (Dok. presidenri.go.id)

Anggapan itu diperjelas dengan hasil Indonesia melawan Uruguay, Oktober lalu. Duduk berdampingan Ketua Umum PSSI Nurdin Halid, SBY menyaksikan timnas dipermalukan La Celeste dengan skor mencolok, 1-7.

Karena itulah, banyak yang keberatan SBY datang. Kalaupun ada yang netral, mereka berdoa agar Indonesia tidak kalah kala ditonton SBY.

Dari semua mention yang masuk, hanya satu yang berpikir positif. “Gak apa-apa toh, sepak bola untuk dinikmati semua kalangan. Asal, (kehadiran presiden) jangan bikin sulit rakyat. Itu cuma mitos. Sekarang insya Allah menang,” tulis @bemzinside – setelah sebagian ditranslate ke dalam bahasa Indonesia.

Dia benar. Kehadiran SBY bawa sial hanyalah mitos. Menang, seri, atau bahkan kalah merupakan hasil kerja keras para pemain di lapangan. Bukanlah mitos yang sama sekali tidak berkaitan langsung dengan cara mengolah si kulit bundar.

Kehadiran SBY di stadion tidaklah berarti para petaruh akan berani menempatkan Indonesia akan kalah dari Filipina. Saat melawan Arab Saudi, Korsel, dan Uruguay, Indonesia bisa kalah karena secara kualitas tim para lawan memang lebih baik.

Filipina, kendati sudah mengalami peningkatan kualitas, tentu tak bisa disejajarkan dengan tiga negara langganan Piala Dunia yang pernah mengalahkan Indonesia itu. Karenanya, janganlah kita pesimistis kehadiran SBY bisa menciptakan atmosfer tak mengenakkan yang berujung pada kesialan.

Justru jika benar kehadiran SBY menyebabkan kekalahan, maka kitalah yang harus disalahkan. Kitalah yang membuat anggapan itu menjadi nyata. Bukankah ada ujar-ujar yang mengatakan jika ucapan pun merupakan doa?

Ya, karena anggapan yang sudah terakumulasi, anggapan soal kehadiran SBY bawa sial bakal semakin tertanam di pikiran publik. Termasuk juga para pemain timnas. Bisa jadi karena sudah ada anggapan tak enak itu, mereka menjadi bermain terlalu berhati-hati. Akibatnya, performa di lapangan menjadi tidak maksimal.

Tentunya, hal itu tak mau kita lihat di tengah euforia dan antusiasme terhadap timnas yang tengah berada pada titik tertinggi. Kita menaruh harapan besar pada pundak Firman Utina dkk untuk meraih kejayaan yang tak pernah mampir di negeri ini.

Jadi, marilah kita tanggalkan mitos yang tak berhubungan langsung namun bisa mengganggu konsentrasi para pemain itu. Apalah arti kehadiran SBY seorang dibandingkan puluhan ribu suporter yang tak henti memberikan dukungan kepada timnas tanpa ada niatan lain – seperti pencitraan misalnya.

Tanggalkanlah segala mitos itu. Tinggalkan pula kenangan di masa lalu. Bagaimanapun, kejadian di masa lampau tidaklah menentukan hasil hari ini.

Hari ini, Indonesia akan jaya! Terbitkanlah perasaan itu di hati kita!

NB: Satu-satunya yang bikin saya kesal dengan adanya presiden adalah mekanisme masuk stadion yang lebih ribet dan ketiadaan tiket untuk VVIP :p