Dua dekade bukanlah jangka waktu yang singkat. Banyak perubahan yang berbeda dalam 20 tahun kehidupan.

Akan tetapi, ada satu hal yang tidak berubah: kenangan. Memori kehidupan pada 20 tahun lalu pasti tak bakal berubah. Orang yang mengingatnya mungkin sudah lupa tapi bukan berarti tidak ingat sama sekali.

Otak manusia itu seperti rak buku yang mahabesar. Kita mungkin lupa menaruh sebuah buku di mana. Tapi, ketika sudah menemukannya lagi, kita pasti ingat akan cerita yang tertulis dan kembali mengenang ketika pertama kali membacanya.

Begitu juga dengan memori semasa bersekolah di SMP. Karena sudah 20 tahun berlalu, ada banyak yang sudah terserak dan lupa tersimpan di memori otak yang sebelah mana.

Karena itu, sebuah reuni, menjadi ajang yang pas untuk mencari kenangan yang sudah terbentuk pada dua dekade lalu.

Kenangan – yang dibentuk 20 tahun lalu itu – tak bakal berubah. Hal tersebut bisa dilihat dari ekspresi dan tawa lepas yang terlihat dari para peserta reuni.

Banyak dari mereka yang sudah tidak sama seperti 20 tahun lalu. Ada  yang rambutnya sudah menipis hingga menyilaukan pandangan, ada pula yang perutnya sudah membuncit. Beberapa gelintir dari para alumni itu juga sudah menjadi orang terpandang secara pangkat, gelar, maupun jabatan.

Reuni Dua Dekade SMP Negeri 5 Bandung Lulusan 1994

Akan tetapi, hal tersebut sama sekali tak terlihat di Reuni Dua Dekade Alumni SMP Negeri 5 Bandung Lulusan 1994, Sabtu (31/5). Semua sejajar, bahkan bagi seorang anak presiden sekalipun.

Mereka seolah kembali teringat pada masa-masa bersekolah di SMP, ketika sama-sama berseragam putih-biru serta harus berlencana dan berdasi. Tak ada perbedaan sama sekali kecuali jika ingin mendapatkan cubitan mesra dari pak kepala sekolah.

Para alumni akan kembali digiring kepada masa SMP. Mereka bertingkah seolah masih berseragam putih-biru meski sudah tak selincah atau tak bau matahari lagi seperti dulu. Tertawa lepas tanpa perlu memikirkan tingkat inflasi atau perubahan nilai tukar rupiah.

Masa SMP mungkin buat segelintir kita tak seindah masa SMA. Tapi, tak boleh dinafikan bahwa pada periode itulah kita mengeksplorasi banyak hal baru yang kemudian dimatangkan pada SMA. Don’t we?

Wajar apabila kemudian banyak yang gagal move on ketika reuni berakhir. Padahal, 8 jam untuk sebuah reuni merupakan periode yang panjang. Entah karena kembali bersua kecengan masa lalunya sehingga memori smartphone habis, atau sudah cukup untuk sekadar membuka kenangan masa lalu yang sebelumnya sudah sulit ditemukan karena pikiran yang terus bertumpuk dan berlapis.

Reuni tak ubahnya ganja, bisa membuat semua yang merasakannya tertawa lepas bahkan oleh sebuah hal kecil dan melihat hal-hal lain menjadi tidak penting.

Ketika ganja itu habis dihisap, kita akan kembali ke realitas. Tapi, rasa gembira yang muncul pada saat menghisapnya, bakal selalu kita rasakan.

Ibarat menghisap ganja, reuni tak bisa dilakukan secara kerap. Esensi dari pertemuan dan sparkling yang ada akan sirna.

Terima kasih buat panitia yang sudah menguras waktu dan energinya sehingga saya mendapatkan “ganja” tanpa perlu takut digerebek pihak keamanan.

Terima kasih juga buat seluruh teman-teman alumni SMP Negeri 5 Bandung lulusan 1994 yang telah hadir dan menyukseskan acara ini.

Juga para guru-guru yang memang the real pengajar, bukan cuma pendidik, yang telah menyempatkan hadir ke acara reuni ini *menjura*

Bandung, 31 Mei 2014, 22:53 WIB